Para peserta Training of Trainer (TOT) BAZNAS Kota Bekasi antusias mengidentifikasi diri mereka lewat materi charatcer building yang disampaikan trainer Ahmad Faisal. Mereka mendapatkan penjelasan tentang lima mesin kecerdasan: thinking, sensing, insting, feeling, dan intuiting—berikut analisa kelebihan dan kekurangannya.
Setelah tahu karakter kecerdasan yang mereka punyai, laiknya thingking cenderung analitis, logis, pandai; intuiting cenderung kreatif, imajinatif, konseptual; sensing cenderung indrawi, motorik, memori; insting cenderung naluriah, responsif, serba bisa; feeling cenderung perasa, emosional, influencer; diharapkan mereka punya kompas, yang akan menjadi penunjuk ke arah mana mereka akan berlayar.
Sekretaris BAZNAS Republik Indonesia Drs. H. Jaja Jaelani, MM memberikan motivasi agar para mahasiswa bersungguh-sungguh dalam belajar. Sebab dewasa ini persaingan semakin ketat.
“Kompetisi akan kita menangkan ketika kita punya kompetensi,” kata Jaja.
Mantan Direktur Pemberdayaan Zakat Kemenag RI tersebut menjelaskan, pada dasawarsa 2010-an, kita dihadapkan dengan Revolusi Industri 4.0 yang menekankan pada perpindahan era “komputer dan robot” (Revolusi Industri 3.0) ke era “internet dan artificial intelligence”. Hidup di era 4.0 kita sebagai bagian dari masyarakat dunia harus adaptif.
Jaja mencontohkan, saat ini BAZNAS kota/ kabupaten sudah harus aware terhadap teknologi yang bisa membantu pengelolaan zakat, terutama dalam hal penghimpunan. BAZNAS RI sudah melakukan proses penghimpunan dengan menggunakan sistem online payment lewat OVO, Gopay, serta sejumlah aplikasi pembayaran online lainnya.
Pria kelahiran Bekasi, 13 Juli 1965 ini berharap agar program 1 Rumah Dhuafa 1 Sarjana (1 RD 1 S) BAZNAS Kota Bekasi dapat berjalan terus. Sebab pendidikan adalah investasi besar untuk—sesuai visi program 1 RD 1 S—memutus rantai kemiskinan. Hanya yang penting dipahami mahasiswa adalah, jangan manfaat zakat berhenti di mereka.
“Sebarkan!” tegasnya. “Paradigmanya seperti MLM. Jika kalian sudah dibantu [dana zakat], maka ketika sudah punya kemampuan untuk membantu yang lain, jangan sampai lupa. Kalian harus menularkan kebermanfaatan zakat ke orang lain, ke masyarakat yang lebih luas. Sebab rezeki yang kita terima, ada hak orang lain di dalamnya.”
Jaja juga meminta mahasiswa untuk lebih melek teknologi. Orang atau pihak yang bisa mengoperasionalkan/ menguasai gadget, akan pula menguasai dunia. Selain itu, sebagai bagian dari BAZNAS Kota Bekasi, seyogianya mahasiswa menguasai pengetahuan pengelolaan zakat; pengumpulan, penyaluran, pendayagunaan, dan pelaporan. Harus paham peta kemiskinan dan potensi zakat-muzakki.
Wakil Ketua BAZNAS Kota Bekasi Ismail Hasyim menambahkan, pelatihan kali itu adalah yang kedua setelah yang pertama Pelatihan “Public Speaking & Leadership” di Wisma Tugu, Puncak, 24-25 Agustus 2018.
“Ini adalah bagian dari tanggungjawab BAZNAS Kota Bekasi untuk tidak hanya menguliahkan kalian, tapi juga memberikan bekal skill, sekaligus refreshing dan mempererat soliditas antar mahasiswa,” ungkapnya.
Ismail berpesan agar mahasiswa membangun komunikasi dan menjalin silaturahmi dengan baik, dengan siapa pun, terutama pimpinan-karyawan BAZNAS Kota Bekasi. Sebab setelah lulus kuliah nanti, 12 mahasiswa angkatan pertama bukan tidak dipikirkan sama sekali, terutama apabila belum mendapat pekerjaan.
“Pasti kita pikirkan. Makannya, satu di antara dua belas mahasiswa yang paling aktif, IPK-nya bagus, akhlaknya bagus, tanggungjawabnya bagus, silaturahminya baik, akan BAZNAS Kota Bekasi usulkan untuk menjadi TKK [Tenaga Kerja Kontrak] Pemerintah Kota Bekasi. Bangga, dong, bisa kerja di Pemkot Bekasi. Sejauh ini sudah ada satu yang bakal diterima sebagai pegawai di DKM Al Barkah,” jelasnya. (sbi)