Perasaan Fuji Rahayu lumayan plong selepas mengikuti sidang skripsi di Fakultas Agama Islam, Unisma Bekasi, Jum’at, 14 Agustus 2020. Sidang yang berlangsung sekira 45 menit tersebut berlangsung menegangkan bagi gadis kelahiran Bekasi, 1 Mei 1997 tersebut.

Ia sempat dibuat menangis saat para dosen penguji menyatakan bahwa ia tidak lulus. Fuji tak sadar sedang dikerjai. Segera setelah dirinya menengok lembar pengumuman hasil sidang, kegembiraan alumni MA Nurul Huda Bantar Gebang itu pun langsung pecah.

Fuji Rahayu adalah mahasiswa pertama penerima program 1 Rumah Dhuafa 1 Sarjana BAZNAS Kota Bekasi yang lulus. Ia memulai kuliah di prodi Perbankan Syariah tahun 2016 dan lulus tepat di semester delapan. Nilai sidang skripsinya 86,20 atau A (terpuji).

Perempuan yang tinggal di Jl. Swadaya II RT 03 RW 04 No 10 Bojong Menteng, Rawalumbu, ini memang sudah berprestasi sejak SMP: ia selalu mendapatkan peringkat pertama. Sejak itulah ia sekolah tak pernah bayar, alias selalu dapat beasiswa.

Fuji mengatakan, motivasinya giat belajar adalah untuk “balas dendam”. Ia punya dendam pada kemiskinan, pada teman yang merundungnya dulu. Ia membalas dendam dengan belajar dan berprestasi. Jangan tanya nasib teman yang membullynya dulu.

“Karena pendidikan adalah cara mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan bisa memutus tali kemiskinan, selain untuk tujuan membanggakan orangtua juga,” ujar anak bungsu dari sembilan bersaudara itu. Dari kedelapan saudaranya, Fuji satu-satunya yang kuliah.

Fuji mengambil tema skripsi “Efektivitas Program Perumahan Bersubsidi pada Produk KPR BTN Sejahtera IB; Studi Kasus Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Syariah Bekasi” dan mengerjakannya dari akhir semester tujuh. Ia menempuh berbagai cara walau kondisi PSBB.

“Yang penting serius. Belajar yang rajin, masuk kuliah terus, jangan bolos, jangan kecewain orangtua dan BAZNAS Kota Bekasi yang sudah membiayai kita. Saya yakin beasiswa ini akan bermanfaat bagi keluarga dan orang di sekitar saya,” pesan Fuji kepada adik-adik kelasnya.

Mahasiswi yang menyukai hitung-hitungan—yang menjadi alasan ia memilih Perbankan Syariah—ini ingin bekerja di bank, terutama yang syariah, di antaranya agar sesuai dengan jurusan yang ia ambil. Apalagi, skripsinya juga meneliti tentang dunia perbankan. (sbi)